Ilmu menempati kedudukan yang sangat penting dalam ajaran Islam, hal ini terlihat dari banyaknya ayat Al-Qur’an yang memandang orang berilmu dalam posisi yang tinggi dan mulia disamping hadist-hadist nabi yang banyak memberi dorongan bagi umatnya untuk terus menuntut ilmu.
Di dalam Al Qur’an , kata ilmu dan kata-kata jadiannya di gunakan lebih dari 780 kali.
Dengan ilmu, kita akan jadi paham dan ikhlas dalam beramal. Dengan ilmu, kita tidak akan mudah dibohogi orang, dengan ilmu kita juga akan bisa masuk surganya Allah. Dan dengan ilmu, segala yang kita inginkan bisa kita raih.
Al Qur’an adalah gudangnya ilmu, baik ilmu pengetahuan ilmiah maupun diniyyah. Dalam ajaran Islam sebagaimana tercermin dari Al-Qur’an sangat kental dengan nuansa nuansa yang berkaitan dengan ilmu, sehingga dapat menjadi ciri penting dari agama Islam.
Salah satu ciri yang membedakan Islam dengan yang lainnya adalah penekanannya terhadap masalah ilmu (sains), Al-Qur’an dan As-Sunnah mengajak kaum muslim untuk mencari dan mendapatkan Ilmu dan kearifan, serta menempatkan orang-orang yang berpengetahuan pada derajat tinggi.(Ilmu, Dr. Mahadi Ghulsyani)
Al-Imam Al-Auza’i rahimahullah berkata,
العلم ما جاء به أصحاب محمد صلى الله عليه وسلم، فما كان غير ذلك فليس بعلم
“Ilmu adalah ajaran yang dibawa oleh para sahabat nabi Muhammad shallallahu’alaihi wa sallam, adapun selain itu maka bukanlah ilmu.” [Jaami’ Bayaanil ‘Ilmi wa Fadhlih libni Abdil Barr rahimahullah, 2/29]
Apabila ilmu dimutlakkan, maka di kalangan ahlul Islam, tidaklah diarahkan maknanya pertama kali kecuali pada makna ilmu syar’i. Ilmu syar’i adalah memahami al-Qur’anul Karim dan Sunnah Nabi sesuai dengan pemahaman as-Salafush Shalih, yaitu setiap orang yang berjalan di atas jejak Rasulullah sepeninggal beliau. Generasi as-Salafush Shalih yang paling utama adalah para sahabat radhiyallahu ‘anhum; kemudian para imam tabi’in setelah mereka, seperti Sa’id bin al-Musayyib, al-Qasim bin Muhammad bin Abi Bakr, Mujahid bin Jabr, dan para ulama lainnya yang dikenal oleh orang-orang sezamannya sebagai imam dalam agama, berkedudukan terhormat, memiliki keutamaan, dan pemberi nasihat kepada umat; kemudian para ulama setelah tabi’in, di antaranya adalah imam yang empat, para pimpinan mazhab yang terhormat dan diikuti.”[Asy-Syaikh al-Walid ‘Ubaid al-Jabiri,Miratsul Anbiya’ (http://ar.miraath.net)]
Wallahu a’lam
?Abu Yusuf Masruhin Sahal,,Lc