Ketetapan syariat dalam semua hal itu memberikan faedah yang bermanfaat bagi setiap mukmin, baik hal itu berkaitan dengan masalah ibadah ataupun muamalah.
Allah tidak akan memerintahkan sesuatu kepada hambanya yang memudhorotkan dirinya.
Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ juga telah melarang kepada para sahabatnya untuk melakukan ibadah yang ada mudhorotnya.
Seperti ketika ada sahabat, Abu Isroil yang bernadzar untuk berdiri dibawah terik matahari ketika Rasulullah Khutbah sambil berpuasa, maka beliau melarangnya dan memerintahkan sahabat tadi untuk duduk, dan berteduh tetapi melanjutkan nadzar puasanya, karena hal itu memudhorotkan fisiknya. (HR Abu Dawud, 3300 disohihkan Al-Albany)
Didalam syariat puasa selain hikmah untuk menjadikan seorang hamba bertambah takwanya juga ada faedah lain yang sangat besar.
Allah berfirman,
فمن تطوع خيرا فهو خير له وأن تصوموا خير لكم إن كنتم تعلمون.
“Barang siapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”(Al-Baqoroh:184)
Didalam ayat ini Allah telah menyebutkan hikmah yang sangat besar berupa kebaikan yang akan didapat oleh mereka yang berpuasa.
Tentunya kita meyakini faedah itu adalah sesuatu yang bermanfaat bagi hambanya.
Subhanallah… !!!
Sungguh faedah itu telah banyak diungkap oleh para ahli kesehatan dimasa sekarang ini.
Sebagaimana hasil riset berikut ini:
Sel kanker akan kehilangan energi glukosa, sehingga perlahan akan mati
Peneliti Amerika Serikat mengatakan puasa bisa menjadi senjata khusus untuk mengobati kanker. Puasa bisa menjadi alternatif dari terapi kanker kemoterapi. Studi yang dilakukan Valter Longo, peneliti Universitas Southern California, AS, berserta timnya menunjukkan kombinasi obat rendah racun dan puasa bisa menjadi alternatif sebagai kemoterapi. Sebagaimana diketahui, kemoterapi kerap digunakan untuk mengobati kanker pada tubuh manusia. Sayangnya, opsi ini masih terbilang mahal dan rawan dengan efek samping. “Seperti setiap sel lainnya, sel kanker membutuhkan energi untuk bertahan hidup dan terus berkembang. Tapi, sel kanker yang cukup fleksibel, memberitahu kepada kita bagaimana menargetkan mereka,” ujar peneliti dikutip Machinelikeus, Selasa 31 Maret 2015.
Kesimpulan peneliti itu muncul setelah menjalankan percobaan pada tikus. Dalam rangkaian studi baru pada tikus menunjukkan kombinasi puasa dengan obat rendah racun bisa membunuh sel kanker paru-paru, kanker payudara maupun kanker usus besar. Peneliti mengatakan sel kanker pada dasarnya sangat bergantung pada glukosa dari makanan untuk menghasilkan energi.
Nah, dengan memotong pasokan glukosa maka membuat sel kanker bisa terganggu.
Dikatakan, jika kehilangan glukosa, maka sel kanker akan mengandalkan cadangan darurat mereka untuk memompa energi. Cadangan itu memanfaatkan sejenis enzim yang disebut kinase, untuk melanjutkan pertumbuhan sel.
Tim Longo mengatakan dengan skema pergeseran metabolisme ini, menyebabkan sel kanker menghasilkan radikal bebas racun, yang akhirnya membunuh sel kanker.
Jalur darurat kinase juga terblokir oleh penghambat kinase. Meskipun mekanisme penghambat kinase telah disetujui sebagai pengobatan kanker oleh Badan Obat dan Makanan AS, tapi skema ini masih menimbulkan risiko, yakni masih berpotensi menjadi racun bagi banyak jenis sel.
Untuk itulah, peneliti memandang penting puasa sebagai pelengkap pengobatan kanker. “Meski jauh kurang beracun dari kemoterapi, penghambat kinase masih beracun bagi banyak jenis sel.
Puasa membuat ini jadi lebih efektif.
Pasien harus menggunakan sedikit waktu untuk mencapai hasil yang sama,” ujar tim peneliti. Peneliti mengakui memang belum mengujinya pada manusia, tapi mereka yakin skema ini potensial.
Uji klinis pada manusia di AS dan Eropa sudah mempelajari efektivitas dan keamanan strategi yang diusung tim Longo. Peneliti menambahkan jika terbukti pada manusia, kombinasi puasa dengan obat rendah racun bisa menjadi strategi panjang mengobati kanker. “Kami mengantisipasi puasa akan mengurangi tingkat racun pada penghambat kinase, seperti penghambat ini mengurangi efek kemoterapi pada sel normal,” kata peneliti.
Hasil studi ini telah diterbitkan pada jurnal Oncotarget pada 30 Maret. Penelitian ini bagian kerjasama multinasional yang melibatkan Laboratorium Alessio Nencioci, Universitas Genova dan Lizzia Raffaghello, G. Gaslini Institute, Italia.
Nukilan: (Amal Nur Ngazis VIVA.co.id)
Abu Yusuf