Penyakit tua yang banyak merepotkan.
Satu-satunya penyakit yang tidak ada obatnya.
Usamah bin Syarik berkata:
كُنْتُ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَجَاءَتِ اْلأَعْرَابُ، فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَنَتَدَاوَى؟ فَقَالَ: نَعَمْ يَا عِبَادَ اللهِ، تَدَاوَوْا، فَإِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ لَمْ يَضَعْ دَاءً إِلاَّ وَضَعَ لَهُ شِفَاءً غَيْرَ دَاءٍ وَاحِدٍ. قَالُوا: مَا هُوَ؟ قَالَ: الْهَرَمُ
“Aku pernah berada di samping Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lalu datanglah serombongan Arab dusun. Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, bolehkah kami berobat?” Beliau menjawab: “Iya, wahai para hamba Allah, berobatlah. Sebab Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah meletakkan sebuah penyakit melainkan meletakkan pula obatnya, kecuali satu penyakit.” Mereka bertanya: “Penyakit apa itu?” Beliau menjawab: “Penyakit tua.” (HR. Ahmad, 12186 dan At-Tirmidzi, 2038 dishohihkan Al-albany)
Yang dimaksud pikun adalah dikembalikan kepada usia yang paling buruk. Karena sebab itulah Nabi صلى الله عليه وسلم berlindung darinya, karena ketika sudah pikun terkadang ucapan menjadi ngelantur, akal dan ingatan menjadi kurang, panca indera menjadi lemah, dan lemah dari melakukan ketaatan serta meremehkan sebagiannya, cukuplah seseorang berlindung darinya karena Allah menamai usia tersebut sebagai ardzalul ‘umur (usia paling buruk).
وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ ثُمَّ يَتَوَفَّاكُمْ ۚوَمِنْكُمْ مَنْ يُرَدُّ إِلَىٰ أَرْذَلِ الْعُمُرِ لِكَيْ لَا يَعْلَمَ بَعْدَ عِلْمٍ شَيْئًا ۚإِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ قَدِيرٌ
“Allah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu; dan di antara kamu ada yang dikembalikan kepada umur yang paling lemah (pikun), supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang pernah diketahuinya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.”(An-Nahl: 70)
Amru bin Maimun As-Sa’dy berkata,
كَانَ سَعْدٌ يُعَلِّمُ بَنِيهِ هَؤُلَاءِ الْكَلِمَاتِ كَمَا يُعَلِّمُ الْمُعَلِّمُ الْغِلْمَانَ الْكِتَابَةَ وَيَقُولُ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَتَعَوَّذُ مِنْهُنَّ دُبُرَ الصَّلَاةِ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَأَعُوذُ بِكَ أَنْ أُرَدَّ إِلَى أَرْذَلِ الْعُمُرِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الدُّنْيَا وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ فَحَدَّثْتُ بِهِ مُصْعَبًا فَصَدَّقَهُ
“Adalah Sa’ad biasa mengajarkan anak-anaknya kalimat-kalimat (bacaan do’a) sebagaimana seorang guru mengajarkan anak-anak kecil menulis dan berkata;
“Sesungguhnya Rasulullah صلى الله عليه وسلم berlindung dengan membaca kalimat-kalimat tersebut pada akhir shalat :
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari sikap pengecut dan aku berlindung kepada-Mu dari dikembalikan kepada serendah-rendahnya usia (pikun), dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah dunia dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa qubur”) Lalu aku ceritakan hal ini kepada Mush’ab dan dia membenarkannya. (HR Al-Bukhari, 2610)
Diantara amalan yang dapat menjauhkan dari penyakit pikun selain memperbanyak doa diatas juga memperbanyak membaca Al-Qur’an.
Sebagaimana perkataan sahabat Abdullah bin Abbas رضي الله عنه,
من قرأ القرأن لم يرد إلى أرذل العمر، وذلك قوله تعالى <<ثم رددناه أسفل سافلين إلا الذين آمنوا>>، قال : [إلا] الذين قرأوا القرأن.
“Barangsiapa yang membaca Al-Qur’an maka tidak aka dikembalikan kepada umur yang paling jelek (pikun), dan yang demikian itu adalah firman Allah,
“Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka),
kecuali orang-orang yang beriman…”(At-Tin : 5-6), berkata Ibnu Abbas, yaitu [kecuali] orang-orang yang membaca Al-Qur’an.”(HR Al-Hakim, dishohihkan Al-albany dalsm At-Targhieb, 1435)
Semoga Allah menjaga kita dan keluarga semuanya dari kejelekan ini…!
Abu Yusuf Masruhin Sahal, Lc