Membaca Al-Fatihah adalah rukun sholat, yang tidak akan sah sholat apapun tanpa membacanya.
Didalamnya terdapat doa yang agung, yaitu permintaan kepada Allah agar ditunjukkan jalan yang lurus.
ٱهۡدِنَا ٱلصِّرَ ٰطَ ٱلۡمُسۡتَقِیمَ.
“Tunjukilah kami jalan yang lurus”
Setelah itu Allah mensifati jalan yang lurus itu memiliki tiga kriteria,
صِرَ ٰطَ ٱلَّذِینَ أَنۡعَمۡتَ عَلَیۡهِمۡ غَیۡرِ ٱلۡمَغۡضُوبِ عَلَیۡهِمۡ وَلَا ٱلضَّاۤلِّینَ.
“(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
[Surat Al-Fatihah: 6 – 7]
Kriterianya yaitu:
Jalannya orang-orang yang diberi nikmat dari para Nabi dan Rasul.
Bukan jalannya orang-orang yang dimurkai dari kalangan Yahudi.
Bukan jalannya orang-orang yang sesat dari kalangan Nashrany.
Shirotol Mustaqim merupakan jalan yang paling dekat untuk menuju kebenaran dan keselamatan.
Al Imam Ibnul Qoyyim رحمه الله berkata:
Kondisi di mana Alloh sebagai Pemberi petunjuk ke Ash-Shirothul Mustaqim, yaitu mengenal kebenaran dan mengamalkannya, itu adalah Aqrobuth Thuruq (jalan yang paling dekat) yang menyampaikan kepada tujuan, karena sesungguhnya garis yang lurus itu adalah garis terdekat yang menyampaikan antara dua titik. Dan jalan yang lurus tadi tidak diketahui kecuali dari para Rosul.
(Madarijus Salikin: 1/ 69).
Satu-satunya jalan yang lurus adalah jalan yang mengikuti Al-Qur’an dan As-Sunnah, sebagaimana yang disampaikan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah رحمه الله.
قال ابن_تيمية رحمه الله تعالى:
من ابتغى الهدى في غير الكتاب والسنة.
لم يزدد من الله إلا بعدا
فنسأل الله العظيم أن يهدينا صراطه المستقيممجموع_الفتاوى ١٢٠/٥
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah رحمه الله:
Barangsiapa mencari petunjuk pada selain Al-Qur’an dan As-Sunnah maka tidaklah bertambah dari Alloh melainkan kejauhan.
Maka kami memohon kepada Alloh yang maha agung agar memberikan hidayah kepada kami jalan-Nya yang lurus.
Majmu’ al-Fatawa (5/120)
Wallahu a’lam
Abu Yusuf Masruhin Sahal, Lc